METRUM.ID – Kondisi Terminal Tipe A Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, kian memprihatinkan. Wajah fasilitas transportasi yang seharusnya menjadi pusat mobilitas masyarakat tampak tak berfungsi optimal dan terkesan dibiarkan mangkrak.
Hal itu lantas mendapat perhatian mahasiswa dan masyarakat sipil, diduga adanya pembiaran sistematis oleh pemerintah daerah dan DPRD Kota Tasikmalaya.
Ketua PAC SAPMA Pemuda Pancasila Kecamatan Cipedes, Ilham Saeful Rohman, melontarkan kritik keras terhadap Pemkot Tasikmalaya dan DPRD yang dinilai tidak menjalankan fungsi pengawasan dan inisiatif untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
“Setiap hari angkutan ngetem sembarangan, terminal bayangan tumbuh di mana-mana. Sementara Terminal Indihiang hanya jadi bangunan kosong yang makin rusak,” kata Ilham dalam pernyataan tertulis, Jumat (26/4/2025).
Ilham mempertanyakan keberadaan Dinas Perhubungan, Wali Kota, hingga DPRD yang dinilai tidak menunjukkan sikap tegas atas kondisi terminal tersebut. Dia juga menolak alasan soal kewenangan pengelolaan terminal yang berada di bawah pemerintah pusat.
“Kalau memang peduli, Pemkot bisa melobi, menggugat, atau menuntut agar terminal difungsikan kembali. Bukan malah diam dan saling lempar tanggung jawab,” tuturnya.
Dia menyebut, kemungkinan adanya kepentingan tertentu yang diuntungkan dari keberadaan terminal bayangan yang kini menjamur. Dia menuding, sikap pasif dari para pemangku kebijakan di Kota Tasikmalaya merupakan bentuk kegagalan moral dan politik dalam menjalankan amanah rakyat.
“Jika Wali Kota dan DPRD tidak punya nyali menyelesaikan ini, maka legitimasi mereka layak dipertanyakan. Ini bukan sekadar soal proyek, ini soal keberpihakan pada kepentingan publik,” ujarnya.
SAPMA Pemuda Pancasila secara tegas menuntut agar Pemkot Tasikmalaya segera mengambil langkah konkret — mengakhiri pembiaran, mengusut pihak-pihak yang diuntungkan, dan mengaktifkan kembali fungsi Terminal Tip4 A Indihiang.
“Kota ini milik rakyat, bukan milik segelintir elite. Kami tidak akan diam melihat pembusukan sistem yang terus dibiarkan,” tukasnya.
Hal senada juga disampaikan Muamar Khadapi, salah seorang aktivis, menyebut kalau fungsi terminal resmi kini tergantikan oleh pool swasta yang menjamur dan beroperasi di luar aturan. Beberapa titik seperti Pool Primajasa di Jalan Ir. H. Juanda, Pool Budiman di Jalan Otto Iskandardinata, hingga Pool Doa Ibu di Jalan RE Martadinata, disebut telah berubah menjadi terminal bayangan.
“Pool yang seharusnya hanya digunakan untuk parkir, servis ringan, dan tempat istirahat kru, kini malah jadi tempat keberangkatan dan penurunan penumpang. Bahkan, ada yang menyediakan pengisian bahan bakar dan layanan bengkel di lokasi yang sebenarnya tidak layak untuk aktivitas transportasi skala besar,” kata Muamar dalam keterangannya, Kamis, (10/5/2025).
Menurutnya, situasi ini bukan sekadar masalah ketertiban kota, namun juga pelanggaran terhadap regulasi. Ia mengutip Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 60 Tahun 2019 yang menegaskan bahwa pool bukan tempat untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Selain itu, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 menegaskan aktivitas tersebut harus dilakukan di terminal resmi.
“Belum lagi jika dikaitkan dengan pelanggaran tata ruang dan dampak lingkungan. Harus ada kejelasan soal izin UKL-UPL dan AMDAL di lokasi-lokasi pool itu,” ujarnya.
Muamar juga menyinggung posisi Wali Kota Viman yang diketahui memiliki hubungan dengan salah satu PO besar di Tasikmalaya. Ia menilai penting bagi pemimpin daerah untuk bersikap adil dan menjadi contoh dalam menegakkan aturan, termasuk terhadap entitas bisnis yang terkait langsung dengannya.
“Ini saatnya Wali Kota menunjukkan ketegasan. Penegakan hukum harus menyeluruh, tanpa tebang pilih. Semua pool yang menyimpang dari fungsinya perlu ditertibkan dan aktivitas antarkota dikembalikan ke Terminal Indihiang,” tegas Muamar.
Pada momentum Idul Fitri bulan lalu pun kondisi Terminal Indihiang berbanding terbalik dengan sejumlah Pool yang ada di Kota Tasikmalaya. Tampak Pool lebih ramai oleh para penumpang.
Alasan para penumpang yang memilih Pool daripada terminal, seperti seorang penumpang asal Cipedes, Riska (34) mengaku lebih nyaman dan lebih terkoneksi dengan angkutan umum lainya.
“Dari segi fasilitas lebih nyaman dan lebih gampang dari segi akses ke transportasi lainnya, seperti Angkutan Kota (Angkot), dan ojeg online serta lebih dekat ke rumah,” katanya, Sabtu (5/4/2025).